memoexpos.co – Bung Karno adalah Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur.
Lantas, mengapa bulan Juni disebut sebagai bulan Bung Karno?
Di bulan Juni, banyak peristiwa penting bagi Bung Karno, mulai dari 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila, 6 Juni merupakan tanggal lahir Bung Karno dan 21 Juni merupakan wafatnya Sang Proklamator.
Pernyataan itu diungkapkan oleh Politisi PDI Perjuangan di Kota Santri Donny Anggun saat diskusi bersama pemuda di Jombang, Jawa Timur, Rabu (7/6/2023).
Politisi yang menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jombang ini menjelaskan jika tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahir Pancasila berhubungan dengan BPUPKI yang dibentuk pada 29 April 1945. BPUPKI mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945.
Dalam sidang itu, sejumlah tokoh menyampaikan pidatonya terkait perumusan asas dasar negara Indonesia, diantaranya Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Pada 1 Juni, Soekarno memperkenalkan 5 sila yang terdiri dari Kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang Berkebudayaan.
Kemudian, 5 sila itu dikenal dengan sebutan Pancasila. Hingga kini, Pancasila menjadi pedoman sekaligus dasar negara Indonesia.
Berdasar pada sejarah yang ada dan pada momen bulan Bung Karno ini, Donny mengajak masyarakat untuk menteladani Sang Proklamator dalam berbangsa dan bernegara.
Donny berpandangan bahwa Sang Proklamator mempunyai jiwa ikhlas yang begitu tinggi demi Bangsa dan Negara.
“Keihlasan beliau ini teruji saat beliau pernah dijatuhkan pada rezim orde baru, namun beliau sama sekali tidak melawan,” ucap Politisi muda partai berlogo Banteng ini.
Menurut Donny, karena jiwa ikhlas Bung Karno ini Bangsa dan Negara Indonesia menjadi tetap utuh.
“Ikhlas beliau ini yang harus kita teladani, padahal waktu itu kalau beliau ini melawan dengan kekuatannya kan bisa. Namun beliau tidak melakukan itu, demi Bangsa dan Negara, karena beliau tidak menginginkan perang saudara. Akhirnya Bung Karno mengorbankan dirinya demi itu,” jelas Donny.
Donny menyebut, selain keikhlasan, masih banyak teladan yang bisa diambil dari sosok Bung Karno, terutama dalam berbangsa dan bernegara.
“Bagaimana dalam berketuhanan dan saling menghormati perbedaan sehingga tidak ada permusuhan dan perpecahan antar golongan, ras, suku bahkan agama,” sebutnya.
Jiwa kemanusiaannya dalam gotong-royong, sambung Donny, sehingga menjadikan Bangsa ini bisa tetap bersatu.
“Persatuan, musyawarah dan kita bisa berkeadilan sosial dalam mengambil keputusan, baik itu dalam rumah tangga atau masyarakat tidak membedakan satu dengan yang lainnya,” tandasnya.