Mundjidah Wahab Suport UMKM Manik-manik di Gudo Jombang, Pemasaran Tembus Mancanegara

25
Mundjidah Wahab saat ikut meronce bersama warga Desa Plumbongambang. (memoexpos.co)

memoexpos.co – Peluang usaha kerajinan tangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berupa produk manik-manik di Kota Santri ini sangat menjanjikan.

Bagaimana tidak, limbah kaca dari piring dan gelas diolah menjadi manik-manik yang mempunyai nilai rupiah tinggi.

Bahkan, pemasaran produk UMKM asli Jombang ini bisa tembus mancanegara.

Hal itu diungkapkan oleh Calon Bupati nomor urut 1 Mundjidah Wahab saat ia mengunjungi kampung Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) pembuatan manik-manik di Dusun Gambang, Desa Plumbonggambang, Kecamatan Gudo, Senin (7/10/2024).

Kunjungan Mundjidah di desa sentra manik-manik ini bukan tanpa alasan. Pihaknya memberikan suport kepada pelaku usaha untuk memajukan industri rumahan itu.

Dihadapan penggiat UMKM, Mundjidah sosialisasikan program fasilitas UMKM bermitra dengan perbankkan dan membuka peluang pemasaran, baik secara langsung maupun online.

“Kita suport mulai dari akaes perbankkan untuk modal jaminan rendah dan pemasarannya,” terang Mundjidah dihadapan penggiat UMKM manik-manik.

Pantuan dilokasi, nampak Mundjidah terlihat penuh keakraban dengan para pekerja pengrajin manik-manik.

Sementara, Titik (33) pemilik UMKM manik-manik JavaBeads mengatakan, usaha rumahan manik-manik di wilayahnya sudah berjalan sejak Tahun 1980an.

“Sudah turun menurun, disini memang banyak yang mempunyai usaha itu,” terangnya kepada wartawan.

Uniknya, manik-manik di Desa Plumbongambang ini dibuat dari bahan dasar kaca bekas, seperti piring, gelas, botol kaca pecah atau yang sudah tidak terpakai.

Selain bisa meminimalisir sampah kaca, kerajinan manik-manik ini bisa menghasilkan rupiah.

“Bahannya pecahan beling, kaca bekas, dilebur dengam cara dipanaskan kemudian ditarik sampai menjadi panjang, selanjutnya dipotong dan dironce,” ujar owner JavaBeads ini.

Pemasarannya pun tak main-main, mulai dari lokal hingga mancanegara.

“Yang paling jauh, Amerika, Cina. Penjualannya bisa langsung juga melalui online,” ungkapnya.

Disebut Titik, harga termurah senilai Rp 5 ribu, sementara paling mahal tembus hingga Rp 2 jutaan per buah. “Itu tergantung bahan, tingkat kesulitan dan estetikanya, namun yang harga Rp 2 jutaan ini tadi habis tidak ada,” tuturnya.

Titik berharap besar dan bersyukur Pemerintah Kabupaten memberikan suport kepada usaha yang ia tekuninya selama bertahun-tahun ini.

“Alhamdulillah, harapan kami pemerintah bisa membantu modal dan tentunya pemasaran. Karena ini juga membuka lapangan pekerjaan kami ada 15 karyawan,” tandasnya.