
memoexpos.co – Ajun Komisaris Polisi (AKP) Sumadji, SH., adalah sosok perwira pertama Polri yang menjabat sebagai Kapolsek Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang. Sebelum berdinas di Kota Santri, Sumadji sebelumnya berdinas di Papua selama 30 tahun.
Pahit manis kehidupan di Papua sudah ia lalui dengan ikhlas sebagai abdi negara. Bahkan, perwira Polri ini pernah menjadi sopir angkot dan penjual jamu saat berdinas di Papua, hal itu dilakukan untuk menambah penghasilan dan pendekatan kepada masyarakat Papua.
Kesaksian itu diungkapkan oleh sang isteri Ike Sumadji (51), saat diwawancarai usai upacara Hari Bhayangkara ke-78 di Alun-alun Jombang, Senin (1/7/2024).
Ike menyebut, sosok AKP Sumadji merupakan seorang polisi yang suka bermasyarakat, bahkan ia aktif di organisasi perguruan silat yang telah ditekuni sejak remaja, yakni perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT).
“Selain menjadi Polisi, Bapak suka bermasyarakat, aktif menekuni perguruan silat PSHT yang sudah ditekuni sejak remaja, Bapak juga suka bersepeda,” ujarnya.
Saat di Papua, dia mengatakan bahwa AKP Sumadji juga pernah menjual jamu tradisional jawa. “Jamunya ya tradisional jawa, dari rempah renpah, Bapaknya ya gitu kreatif tangannya, penjualannya ada yang dititip ada juga melalui online dipesan dulu,” lanjutnya.
Selain menjual jamu, AKP Sumadji juga sempat narik angkot. Angkotnya sewa kemudian hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan menghidupi beberapa masyarakat yang membutuhkan.
Ike menceritakan, suka duka saat AKP Sumadji berdinas di Papua, ia mengatakan perbandingan dinas di Jombang dengan Papua sangat jauh, disana bukan hanya sekedar menciptakan Keamanan Ketertiban dan Masyarakat (Kamtibmas) namun yang menjadi taruhan adalah nyawa.
“Bapak dulu juga pernah ditugaskan khusus untuk menjadi mediator untuk memediasi OPM di daerah kami dulu, beliau ditugaskan di Kota Kepulauan Yapen, Serui. Negosiasi itu tempatnya bukan di Balai Desa atau apa tapi di hutan, saat itu sudah kondisi maghrib, cuman pesan Bapak ke saya, doakan saya kembali itu aja, kita yakin saja sama yang Allah berikan karena ini adalah tugas, kami jalani dengan ikhlas,” ungkapnya.
“Hal itu kita anggap sebagai pelajaran, ilmu, apa yang kita berikan Allah ke kita jangan dianggap sebagai cobaan, jangan, semua juga nikmat yang harus kita terima dan syukuri. Saya di Papua hampir 25 tahun, kalau Bapaknya sudah 30an lebih,” tandasnya.
Kesederhanaan keluarga AKP Sumadji ini sangat menginspirasi, bagaimana tidak, ia bersama sang isteri mengikuti upacara Hari Bhayangkara ke 78 berangkat pagi berboncengan menggunakan motor dari kediamannya Nganjuk menuju ke Alun-alun Jombang pukul 05.30 WIB, AKP Sumadji mengenakan seragam dinas upacara sementara sang isteri mengenakan kebaya berwarna putih.









