memoexpos.co – Kredibilitas seorang pemimpin tervisualisasisikan dari derajat tanggung jawab. Pemimpin yang tidak bertanggung jawab bisa dikategorikan dengan pemimpin yang tak kompoten karena salah satu yang membedakan pemimpin dan yang bukan pemimpin itu adalah tanggung jawab (Carole Nicolaides, Progresisive Leadership)
Lalu pertanyaannya kemudian, Ketika korupsi dilingkar oligarki kekuasaan dalam birokrasi pemerintahan makin brutal, siapa yang seharusnya bertanggung jawab?
Menurut Lembaga Transparency International bertajuk “global Corruption Barometer – Asia’ Indonesia masuk tiga besar sebagai negara terkorup di Asia. Survei ini di gelar sejak Juni hingga September 2020 terhadap 20 ribu responden di 17 Negara. Tentu saja berita ini membuat hati menangis miris akan kondisi negeri hari ini. Ditambah lagi baru – baru ini korupsi itu terjadi dilingkar birokrasi pemerintahan negeri ini mulai dari lobster hingga kini ke dana Bansos.” Yaa kita berdoa saja semoga Menteri Sosial ini yang terakhir yang harus berurusan dengan KPK semoga tidak ada lagi menteri-menteri lain yang menyusul. Ujar Wabendum BMI ini
Dari dua orang yang tersandung korupsi baru – baru ini di lingkaran kekuasaan birokrasi pemerintahan itu artinya pemerintah telah gagal menjalankan kerja reformasi birokrasi dan upaya pencegahan yang mana selama ini menjadi jualan utama pemerintahan jokowi 6 bulan terakhir ini. Seperti target pak Jokowi ingin skor IPK 50 sebelumnya, yang sepertinya susah untuk ditembus karena masih tinggi problem korupsi dan hukum di Negeri ini, memang butuh kemauan yang serius dari Jokowi kedepan untuk memimpin pemberantasan korupsi di Negeri ini.
Layaknya Malaysia yang berhasil naik dua poin dari 51 menjadi 53 pada tahun 2019, hal itu tak lepas dari kemauan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad dalam memberantas korupsi
Harapan kita semua tentu korupsi tidak menjadi warisan abadi di Negeri ini. Pemimpin juga semestinya harus berani menerapkan sanksi social yang berkaitan dengan hati nurani dan sikap batin para koruptor, sanksi social yang memiliki derajat efek jera yang dahsyat tidak hanya memenjarakan koruptor, tetapi juga menyita seluruh harta milik (diserahkan kepada negara) menjadikan keluarganya (suami/istri dan anak) sebagai anak negara dan mengalokasikan mereka dalam kluster hunian khusus.
Bak slogan Steve Jobs yang sukses mengantarkan Apple menjadi produk ikonik dunia, “Think Different” dan “To Crazy One” : (berfikir beda dan bersikap gila). Slogan ini tidak hanya meninggalkan pesan moral “Never Quit” tapi juga mengandung kutipan “Seburuk apapun kondisinya, pemimpin harus bisa menemukan jalan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Karena pemimpin sejati adalah sosok yang yang bisa menciptakan “laut biru” dalam situasi laut yang sudah memerah.
INDONESIA PASTI BISA!
Pitria Nopa Asriani