Sekitar 74 Industri Tahu Rumahan di Jombang Membuang Limbah di Sungai

378
Air sungai diduga tercemar limbah tahu. (memoexpos.co)

memoexpos.co – Sedikitnya ada 74 industri tahu rumahan yang berada di tiga desa wilayah Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang membuang limbahnya ke sungai.

Data yang dihimpun, dari total produksi tahu di tiga desa tersebut, kapasitas produksi tembus sekitar 84.020 Kg perharinya.

“Total sekitar 85 tempat usaha yang tersebar di Desa Mayangan, Desa Ngumpul dan Desa Sumbermulyo, ada 74 usaha yang membuang (limbah) disungai, sisanya dibelakang rumah produksi,” ujar salah satu pengusaha industri tahu rumahan kepada media ini, Senin (30/10/2023).

Dia menyebut, pembuangan limbah mayoritas di sungai, walau ada beberapa yang dibuang di lahan sendiri. Menurutnya, hal itu lantaran para pengusaha tahu terpaksa, selain itu pihaknya menganggap kurangnya pendampingan dan belum menemukan solusi terbaik yang ditawarkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat.

“Ada yang memakai IPAL (Induk Prmbuangan Air Limbah) kemudian dialiarkan ke sungai, ada yang langsung, juga ada yang dibelakang rumah, itu kalau yang mempunyai lahan luas,” terang narasumber yang meminta namanya tidak ditulis di pemberitaan ini.

Dia mengaku, industri tahu rumahan khususnya yang ada di tiga desa wilayah Kecamatan Jogoroto ini menjadi satu-satunya penopang ekonomi masyarakat.

Oleh sebab itu, ia berharap agar solusi yang ditawarkan bisa benar-benar efektif dan membuat para pengusaha rumahan ini tenang, kedepannya bisa mendongrak UMKM di Kota Santri.

“Satu-satunya mata mencaharian ya ini, mangkanya kalau bisa kawasan ini dijadikan sentra pengusaha tahu rumahan, yang kemudian diberikan dukungan anggaran oleh pemerintah, sama seperti sentra IKM Slag Aluminium di wilayah Kecamatan Sumobito itu,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, persoalan limbah seringkali menjadi polemik di masyarakat, baik dari baunya yang menyengat maupun keruhnya air sungai yang tercemar. Hal itu sudah menjadi langganan apalagi pada musim kemarau.

Pihaknya menginginkan adanya IPAL besar yang dijadikan tampungan seluruh pembuangan limbah industri tahu, sehingga persoalan pencemaran limbah di sungai bisa teratasi.

“Ini solusinya ya IPAL besar, kalau bisa ya kita diskusi dulu sama dinas,” tandasnya.

Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang. (memoexpos.co)

Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jombang Miftahul Ulum saat dikonfirmasi mengatakan, sudah mendengar keluhan tersebut.

Pihaknya segera melakukan pengecekan dilokasi sekaligus berdialog langsung dengan para pengusaha tahu.

“Dalam dekat ini, tim kami akan kesana untuk mencari solusi,” terang Ulum saat dikonfirmasi dikantornya, Senin (30/10/2023).

Dia mengaku, saat ini limbah sudah terminimalisir dengan upaya yang dilakukan oleh DLH dengan menggunakan tanaman enceng gondok di seputaran sungai yang dilalui limbah.

Namun, pihaknya mengatakan jika tanaman enceng gondok merupakan solusi sementara untuk meminimalisir bau dan keruhnya air sungai akibat limbah. Dan menurutnya hal itu efektif.

“Itu juga aman, kalau musim hujan juga akan naik dengan sendirinya dan tidak mengganggu saluran air. Untuk solusi selanjutnya kita butuh dialog dengan para pengusaha mengenai IPAL dan pola lainnya,” pungkasnya.