Pria di Jombang Sulap Limbah Batok Kelapa Menjadi Rupiah

37
Totok Wibowo saat menunjukkan arang tempurung kelapa yang siap untuk dijual ke perusahaan briket. (memoexpos.co)

memoexpos.co – Di tangan Totok Wibowo (40) limbah batok kelapa bisa diolah menjadi bahan dasar briket yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Pria asal Desa Carangrejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang ini bersama 6 karyawannya mampu menghasilkan 5 ton arang bahan briket siap dijual untuk satu kali produksi.

“Limbah batok atau tempurung kelapa ini dibakar mas, untuk dijadikan arang kemudian dijadikan bahan dasar briket,” terang Totok saat diwawancarai dilokasi produksi, Minggu (27/8/2023).

Briket merupakan bahan bakar alternatif yang digunakan sebagai sumber energi salah satunya berupa arang. Bisa dari bahan dasar tempurung kelapa, bongkol jagung bahkan serbuk kayu.

Totok menyebut, untuk pemasaran diambil langsung oleh rekanan yang bekerjasama dengan perusahaan briket.

“Perusahaan yang ambil biasanya Pasuruan, Ngoro Industri sama Pacet Kabupaten Mojokerto,” ujarnya.

Totok merinci, harga bahan batok kelapa yang siap dibakar perkilonya Rp 1.200, sedangkan kalau sudah jadi arang bisa tembus Rp 5.500 sampai Rp 7.000 perkilo. “Tergantung besar kecil, jenis, premium atau dan biasa. Abunya juga bisa dijual harganya Rp 600 perkilonya,” sambungnya.

Dia menjelaskan, bahan dasar batok kelapa ia dapatkan dari Jombang sendiri dan terkadang juga mendatangkan dari Mojokerto.

Bisnis yang telah ditekuni selama satu tahun ini, menurut Totok berawal dari inspirasi dan dukungan teman-temannya, terlebih terkait akses penjualan.

Biasanya, dalam kurum waktu dua minggu ia bisa menghasilkan arang siap jual antara 5 – 6 ton untuk dimasukkan ke pabrik briket.

Dia membeberkan proses pengolahan mulai dari bahan dasar hingga menjadi bahan briket yang mempunyai nilai rupiah tinggi. Tentu hal tersebut butuh ketelatenan dan proses yang relatif lama.

“Batok kelapanya itu dibakar dulu mas, dimasukkan kedalam lubangan. Sekali bakar untuk satu lubangan dua sampai tiga hari, satu lubang muat 6 sampai 8 ton,” bebernya.

“Prosesnya dari bahan tempurung kelapa dimasukan lubang dengan kedalaman 180 cm, diratakan dengan tinggi sekitar 30 cm, kemudian dibakar merata,” jelas dia.

“Setelah terbakar merata kemudian dimasukkan lagi bahan dasar tempurung kelapa dengan tinggi setengah lubang atau dua ton bahan,” imbuhnya.

Kalau sudah merata, jelas Totok, lubangan tersebut ditambahi bahan lagi sampai penuh. Biasanya sekitar 4 sampai 5 ton bahan. “Api kemudian dipadamkan dengan air, setelah itu baru proses penghampaan atau ditutup pakai karung basah,” urainya.

Kemudian, sambung dia, diatasnya dikasih abu sisa pembakaran sekitar 5 cm. Setelah itu didiamkan selama 1 sampai 3 hari.

“Begitu prosesnya mas. Setelah itu pembongkaran dan dilakukan pengayakan atau sortir. Ayakannya ada tiga jenis jadi nanti ini yang menentukan harga,” paparnya.

Untuk penurunan masa jenis, dari batok bahan dasar menjadi batok yang sudah dibakar siap jual sekitar 70 persen.

“Biasanya hasilnya itu 30 persen dari bahan dasar yang sudah dibakar,”

Bagi Totok, bisnis pengolahan limbah batok kelapa ini bukan berarti tanpa kendala, ia mengaku sering terjadi kendala saat musim penghujan lantaran bahan dasar batok kelapa dalam kondisi basah.

“Kendalanya biasanya dari bahan baku kalau musim hujan, karena bahan dasarnya basah dan asapnya leboh tebal saat dibakar,” tandasnya.