
memoexpos.co – Daun talas ternyata memiliki nilai ekonomi yang tinggi jika diolah oleh tangan yang tepat.
Di tangan Sumadi (53) Kepala Dusun Brumbung, Desa Mangunan, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang ini daun talas dirajang halus kering sebagai pengganti tembakau rokok.
Pria yang akrab disapa Mbah Wo Mangunan ini memang memiliki minat tinggi di dunia pertanian. Tak jarang rasa ingin tahu, membawanya untuk mencari trobosan di dunia pengolahan hasil pertanian.
Pada Tahun 2019 dirinya menemukan gagasan untuk mengolah daun talas. Secara otodidak ia belajar dari video youtube, kemudian ia bertekad untuk memulai usaha rajangan daun talas kering.
“Sebenarnya korban dari youtube mas, lihat-lihat youtube ada potensi ekonomi dari daun talas, terus kita coba,” katanya saat diwawancarai dirumahnya, Jumat (11/8/2023) lalu.

Awalnya ia kesulitan menjual hasil rajangan tersebut, hingga akhirnya produk itu mulai banyak peminat bahkan dilirik eksportir. Pada 2022 merupakan ekspor perdana rajangan daun talas dari Jombang. Produk tersebut salah satunya yang diinisiasi oleh Sumadi.
“Awalnya tidak ada nilainya, sekarang ada nilainya, termasuk untuk warga,” ujarnya.
Dia menyebut, tidak sembarang daun talas yang bisa dipakai. Melainkan hanya talas yang dikenal umum dengan Talas Beneng, atau kalau lokal di Jombang bernama Talas Endro. Secara Varietas sama tapi biasa penamaan lokal berbeda.
Melalui permodalan mandiri, Ia mampu produksi 3 ton daun talas kering atau dalam sehari jika tidak ada kendala bahan baku bisa produksi sampai 1 ton rajangan daun talas.
“Masalah bahan baku, 50 persen dari Jombang, sisanya dari kediri, dari ponorogo, Magetan,” terangnya.
Penjualan diakuinya masih menyasar pasar lokal meski ada juga permintaan ekspor. Sumadi menjual daun Talas kering rajangan di harga Rp 24 ribu sampai Rp 25 ribu per kilogram tanpa sortir untuk lokal. Sementara Kalau untuk ekspor harga Rp 26 ribu sampai Rp 27 ribu per kilogram.
“Omset penjualan perbulan kalau bahan baku lancar menghasilkan barang 3 ton daun Talas rajangan kering nilainya Rp 70 juta sampai Rp 80 juta,” jelas dia.
Ia berharap, bisa memberikan solusi ekonomi warga setempat ditengah banyaknya kesulitan. Sejauh ini sudah bisa membantu pekerjaa sekitar 20 orang tenaga kerja saat produksi.
“Pemberdayaan masyarakat, dengan ekonomi sulit biar masyarakat tidak nganggur ada pemasukan untuk sekolah anak dan lain sebagainya,” tandasnya.