memoexpos.co – Usia senja adalah waktu yang digadang-gadang setiap orang untuk menikmati masa tua bersama keluarga. Namun tidak dengan kakek Saidi (73), kakek renta ini menghabiskan usia senjanya dengan penuh kesendirian.
Dalam keadaan renta, kakek Saidi harus hidup sebatang kara di rumah kecil bambu beralaskan lantai yang tak rata.
Yang lebih memilukan, untuk makan sehari-hari kakak Saidi hanya bergantung pada belas kasihan tetangga sekitar.
Saat berbincang dengan wartawan, kakek Saidi mengaku berasal dari Desa Mancilan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Namun, sudah puluhan tahun tinggal di Desa Karangwinongan, Kecamatan Mojoagung. Bahkan, kakek Saidi ini masih merupakan kerabat dari Kepala Desa Karangwinongan, Iknan.
“Paman, sing wedokku bibik e (paman, yang perempuanku bibinya),” ucap kakek Saidi saat berbincang dengan wartawan.
Harus dengan suara keras saat awak media berbicara dengan kakek Saidi, lantaran ada pendengaran terganggu diusia rentanya.
Saat ditanya sudah makan, kakek Saidi mengaku sudah mendapat makanan hasil pemberian tetangga sekitar.
“Sampon, kandani gak duwe rewang. Ditukokno wong-wong iku (sudah makan, dibilang tidak ada yang menemani. Dibelikan orang-orang),” kata Saidi menjawab pertanyaan wartawan.
“Sarapan yo ditukokno, sanjange Bidane mriki (sarapan juga dibelikan, katanya Bidan mau kemari),” sambung dia.
Saat kakek Saidi sedang asyik berbincang dengan wartawan, beberapa warga sekitar datang menghampiri. Aris salah satu warga bercerita, dulunya kakek Saidi mempunyai banyak kambing.
Aktifitas keseharian dari kakek Saidi adalah mengembala kambingnya.
Bahkan, menurut Aris, suatu ketika kakek Saidi pernah mengembala kambing sampai tidak pulang. “Biasanya berangkat pagi pulang siang, saat itu tidak pulang. Ternyata warga menemukan kakek Saidi dalam keadaan pingsan, saat itu menjelang maghrib,” kata Aris.
Selain punya kambing, dulunya kakek Saidi juga mempunyai sapi. “Hewan miliknya habis dijual untuk membikin rumah bambu, pernah juga mau dapat bantuan dari pemerintah namun kakek Saidi enggan menerimanya,” beber Aris.
Aris membenarkan, jika kakek Saidi merupakan kerabat dari Kepala Desa Karangwinongan.
“Pak lurah (kades) keponakan, ini pamannya pak lurah,” terangnya.
Kakek Saidi pernah mempunyai isteri namanya Ibu Sulami, keduanya pernah tinggal bersama hingga akhirnya Tuhan memanggil sang isteri terlebih dahulu.
“Ibu Sulami meninggal dunia dan diketahui warga dengan posisi tengkurap di tanah ruang tamu. Saat itu isterinya diketahui meninggal dunia oleh warga pagi hari sebelum shubuh, warga juga yang merawat jenazahnya,” ungkapnya.
Sejak kehilangan sang isteri, kini kakek Saidi hidup sebatang kara. Tinggal sendirian dirumah dinding bambu dan makan dari uluran tangan tetangga.