Cuaca Panas di Kota Santri, Berkah Bagi Pengrajin Genting

103
Pengrajin genting di Jombang. (memoexpos.co)

memoexpos.co – Cuaca panas di Kota Santri membuat pengrajin Genting di beruntung. Hal itu diungkapkan oleh Suparno (52) warga Desa Gedangan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

“Masih jam 8 pagi panas terik,” kata Suparno kepada wartawan, Jumat (5/5/2023) kemarin.

Bagi dia, cuaca panas mempercepat proses pengeringan dari bahan baku genting setelah proses percetakan. Jika bahan cepat kering, bisa dilanjutkan pada proses pembakaran untuk mendapatkan genting siap jual.

“Cepat kering, 2 hari sudah kering, cepat dibakar,” bebernya.

Kendati demikian, dia belum bisa meningkatkan produksi genting. Dalam sehari jumlah produksi cetak genting menjadi bahan setengah jadi hanya tidak lebih dari 500 biji, karena masih memakai tenaga manual.

“Tenaga manusia, 300 – 500 biji,” ujarnya.

Belum lagi untuk produksi, ia mengaku mengalami kesulitan untuk memenuhi bahan baku. Kekurangan bahan baku tanah liat mesti dibeli dari desa lain.

“Jadi semakin lama bahan baku yang ada di sekeliling kami nyaris tidak ada atau sudah mulai menipis,” paparnya.

Agar dapat terus berproduksi, para pemilik pabrik genting harus “mengimpor” tanah liat sebagai bahan baku genting dari luar Desa, seperti tanah liat dari Desa Genukwatu Kecamatan Ngoro.

“Hal itu tentu saja terjadi karena di Desa ini memang sudah lama menjadi sentra industri pembuatan genting maupun batu bata,” bebernya.

Bahan baku tanah liat yang ia butuhkan untuk membuat genting itu ia beli dengan harga sebesar Rp 330 ribu per rit. Jika dikalkulasikan, tentu saja masih ada keuntungan bagi mereka jika hasil genting-gentingnya terjual.

“Harga Rp 1.300 per buah, itu pun langsung dibeli oleh pengepul, karena kita juga tidak mudah untuk memasarkannya secara mandiri,” tandasnya.