Jombang, memoexpos.co – Petani yang berada di tiga Desa wilayah Utara Brantas mengeluhkan langganan banjir yang disebabkan oleh luapan sungai marmoyo.
Tiga desa yang terdampak luapan akibat dangkalnya sungai ini yakni Desa Gedongombo Kecamatan Ploso, Desa Sidokaton dan Desa Tapen Kecamatan Kudu.
Gagal panen bagi petani sudah menjadi langganan yang membuatnya merugi saat musim penghujan, apalagi satu-satunya sumber mata pencarian mereka hanyalah mengandalkan pertanian.
Woto (58) salah satu petani asal Desa Gedongombo mengaku bahwa tiap musim tanam padi ia tidak pernah menikmati hasil panennya, lantaran selalu gagal panen akibat meluapnya sungai marmoyo. “Sudah lima tahun terahir ini gagal panen tiap musim tanam padi, akibat sungai marmoyo yang dangkal dan tersumbat di beberapa titik aliran sungai,” kata dia kepada memoexpos.co, Sabtu (4/6/2022).
Keresahan petani itu dibenarkan oleh Kepala Desa setempat, ia mengaku bahwa banyak petani yang protes lantaran gagal panen. “Memang banyak warga dan petani yang protes, memang benar terjadi gagal panen bahkan lumbung padi milik warga juga kosong karena tidak bisa setor ke lumbung desa karena pdinya gagal panen,” ucap Lasiman Kades Gedongombo, Ploso ini kepada memoexpos.co.
Inginkan Pemkab Jombang Memfasilitasi
Lasiman mengaku bingung, menjawab keresahan yang dialami oleh warganya ini, karena menurutnya sungai marmoyo ini masuk wilayah BBWS, kendati demikian ia berharap Pemerintah Kabupaten memberikan fasilitas untuk menyelesaikan persoalan yang mengakibatkan petani di desanya ini selalu merugi.
“Kami sebenarnya ingin menghubungi BBWS tapi tidak punya chanel kesana, kami berharap Pemkab Jombang bisa memfasilitasi keluhan ini,” harapnya.
Selain di Desa Gedongombo Kecamatan Ploso, keluhan serupa juga dialami oleh petani di Desa Sidokaton Kecamatan Kudu.
Melalui Kepala Desa Sidokaton Supandi mengaku, bahwa ia kerap menuai protes dari para petani di wilayahnya. “Memang sudah banyak warga yang protes khususnya petani, memang sungai marmoyo ini khususnya di desa kami mengalami kedangkalan, ya warga protesnya karena tiap tanam selalu gagal panen,” keluhnya.
Seharusnya Mendapat Perhatian Serius Pemerintah
Sementara itu, Surip pemerhati lingkungan asal Desa Tapen, Kecamatan Kudu mengungkapkan, berdasarkan pengecekan yang ia lakukan disepanjang sungai marmoyo. Ia menyebut bahwa kondisi sungai yang dangkal serta penyumbatan terjadi di wilayah Kecamatan Ploso, Kudu dan Kecamatan Ngusikan.
“Harusnya kondisi yang merugikan petani seperti ini ya mendapat perhatian serius dari Pemerintah, untuk segera dilakukan normalisasi,” ungkapnya kepada media ini.
Ia akan mengadukan hal ini kepada legislatif, agar keluhan petani ini bisa diberikan solusi.
“Kami meminta wakil rakyat untuk meneruskan ini kepada pemerintah, karena ini kepentingan masyarakat umum,” pungkasnya. (Sy)