
memoexpos.co – Pemerintah Kabupaten Jombang melalui Dinas Peternakan memberlakukan lockdown atau melarang sapi-sapi yang ada di beberapa daerah Jawa Timur dikirim ke Jombang, untuk mencegah penyebaran wabah penyakit mulut kuku (PMK).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Peternakan, tercatat sedikitnya ada 104 ekor sapi dinyatakan suspek PMK, 5 diantaranya mati.
“Jumlah sapi yang suspek PMK jumlahnya 104 ekor, 5 di antaranya mati,” jelas Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Jombang Agus Susilo, Kamis (12/5/) kemarin.
Agus mengungkapkan, berdasarkan surat yang telah dikeluarkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Jombang tertanggal 11 mei lalu, untuk mencegah menyebarnya kasus kejadian PMK di Jombang terutama di pasar hewan. Dinas Peternakan melarang masuk terhadap hewan ternak yang berasal dari daerah tertular PMK.
“Ada pembatasan hewan ternak yang tidak boleh masuk, dari Lamongan, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, Krian, Malang, Bangkalan, Pasuruan, Probolinggo, Lumajang dan Jember,” ungkapnya.
Kendati demikian, kata Agus hewan ternak selain dari daerah tertular PMK apabila masuk ke Jombang juga harus melewati seleksi ketat. “Ternak yang berasal dari daerah yang masih bebas kasus PMK harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) dari Dinas Peternakan setempat,” ujar dia.
Selain itu, hewan ternak yang masuk pasar harus dilakukan pengecekan kesehatan oleh dokter hewan atau petugas kesehatan yang ditunjuk oleh Dinas Peternakan Kabupaten Jombang.
Perlu diketahui, penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit hewan menular akut yang disebabkan oleh virus yang menyerang hewan ternak sapi, kerbau, kambing, domba dan babi, dengan tingkat penularannya mencapai 90% sampai dengan 100% sehingga menyebabkn kerugian yang sangat tinggi bagi peternak.
Berdasarkan keterangan resmi yang disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Jombang Agus Susilo, tanda klinis hewan ternak positif PMK yakni suhu sapi mencapai 39 sampai dengan 40 derajat celsius, tidak mau makan, keluar lendir berlebihan dan mengeluarkan busa dari mulut, nafas cepat, pincang, luka pada kaki sampai terjadi melepasnya kuku, gemetar dan hewan susah berdiri.
Walau PMK ini termasuk penyakit yang memiliki penularan begitu cepat, namun kata Agus penyakit ini tidak menular ke manusia (non zoonosis).
“Tidak menular ke manusia, namun memiliki penyebaran yang begitu cepat kepada hewan,” tutupnya. (Sy)