memoexpos.co – Tahun 2021 Provinsi Jawa Timur menjadi Provinsi penghasil gula tertinggi di Indonesia. Jawa Timur mampu memproduksi gula sebanyak 46,25 persen dari keseluruhan produksi gula nasional.
Diketahui sekitar 95 persen petani tebu di Jatim saat ini adalah berstatus petani rakyat. Artinya bahwa petani rakyat tersebut bisa menjadi pengusaha di bidang bahan baku pergulaan.
Hal itu disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat mengukuhkan Dewan Pembina dan Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), masa bakti 2022-2027 di Hotel Best Western Papilio Surabaya, Sabtu (19/3).
Pada tahun 2021, produksi tebu di Jawa Timur mencapai 14.767.763 ton dan menghasilkan gula sebesar 1.087.415 ton. Dari gambaran kondisi petani tebu di Jatim saat ini, Khofifah meminta kepada para petani tebu agar melalui APTRI mampu berkoordinasi dan bersinergi dengan pihak terkait, diantaranya pabrik gula maupun PTPN guna meningkatkan kualitas bahan baku maupun hasil panen sesuai dengan apa yang diinginkan.
“Sinergi ini tentunya untuk memberikan proteksi terhadap petani tebu. Misalnya jika petani tebu sedang panen ya jangan digiling bersamaan dengan raw sugar yang diimpor. Ini harus dimanage dengan baik untuk memproteksi para petani tebu yang sebagian besar adalah petani rakyat,” ujar Khofifah.
Yang tidak kalah penting para petani tebu juga harus melalukan upaya koordinasi dengan instansi yang memiliki kompetensi penelitian. Menurut Khofifah hal itu untuk mengetahui bagaimana menghasilkan bibit tebu yang berkualitas terutama kadar kadar kandungan gula di dalam batang tebu atau yang biasa disebut rendemen
“Jadi bila bibitnya baik, berkualitas baik , bongkar ratunnya terukur, maka tingkat rendemennya juga akan baik. Jadi ini harus dikoordinasikan dengan instansi terkait terutama soal bibit tebu,” lanjutnya.
Secara khusus Khofifah juga meminta APTRI melakukan koordinasi dan sinergi dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN), serta dengan pabrik gula yang ada. Hal ini penting untuk menjalin kemitraan yang saling menguntungkan dan menguatkan. Utamanya, dalam penyediaan bahan baku tebu untuk pabrik gula.
“Jadi pabrik gula ini juga sebagai industri pengolah hasil perkebunan. Jadi komunikasi dan koordinasi baik dengan Pabrik Gula maupun PTPN ini harus terjalin dengan baik. Sehingga segala masalah yang ada bisa dicarikan solusi dan komunikasi terbaik,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembina APTRI H Arum Sabil mengatakan bahwa pelaksanaan Munas (Musyawarah Nasional) dan pengukuhan pengurus APTRI dilakukan di Jatim karena Jatim merupakan basis pabrik gula dan basis petani tebu. Saat ini luas perkebunan tebu di Jatim kurang lebih hampir mencapai 50 persen luas perkebunan tebu nasional.
“Jatim barometer dan kunci kebangkitan gula nasional. Kedepan kami juga berharap agar swasembada gula di Indonesia ini benar-benar bisa terwujud,” singkatnya.
Disisi lain dari hasil Munas APTRI menghasilkan susunan diantaranya Ketua Dewan Pembina H Arum Sabil, Ketua Dewan Kehormatan H Abdul Wachid, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat H Fatchuddin Rosyidi, Sekretaris Umum H Sunardi Edi Sukamto, serta Bendahara Umum I Made Windu.
Turut hadir Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI Ardi Praptono, Direktur PTPN X Tuhubangun, Direktur PTPN XI Tulus Pandu Wijaya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Jatim Hadi Sulistyo, serta Kepala Dinas Perkebunan Prov. Jatim Heru Suseno.